SELAMAT DATANG WA'A KASANGKOMPO (SAUDARA) di BLOG ANAK PAMONA . . . .PAKAROSO MOSINTUWU NAKA MOLANTO . . . . SINTUWU MAROSO . . . .

Senin, 27 Mei 2013

DERO MODEREN



Perayaan padungku di kota tentena dan daerah lain di Sul-Sel ,Kab: Luwu Timur khususnya di daerah Mangkutana dan sekitarnya tidaklah berakhir sampai matahari tenggelam namun setelah seharian masyarakat melakukan "open house" bagi tamu yang datang kini ketika malam tiba, penduduk kota tentena tumpah ruah menuju lapangan menghadiri ritual dero.

Dero adalah tarian yang dilakukan sekelompok orang yang melingkar dengan gerakan sederhana namun serempak yang berputar-putar tanpa henti sampai lingkaran yang dibuat menjadi sebuah lingkaran besar dimana seluruh warga berbaur bergenggaman tangan sambil menari dengan penuh sukacita merayakan perayaan padungku.

Dero sendiri bukan hanya sekedar tarian tanpa makna, Dero melambangkan persatuan masyarakat tentena tanpa melihat perbedaan latar belakang. semua tumpah ruah menjadi satu saling menggenggam tangan membuat suatu gerakan yang serempak dan selaras. Pada awalnya tarian Dero ini diiringi dengan musik tradisional gendang dan gong yang berada di tengah-tengah lingkaran warga yang menari Dero. Para pemain musik tradisional ini memainkan gendang dan gongnya dengan irama yang menghentak berharmonisasi dengan gerakan yang serempak menghasilkan sebuah tarian yang apik. Namun seiring perkembangan zaman, kini tarian Dero sudah tidak menggunakan alat tradisional lagi.

Menurut bang james warga yang menjamu padungku dan mengantar kami ke pertunjukan Dero ini,sekitar tahun 2000 alat musik tradisional berupa gendang dan gong mulai digantikan oleh electone (keyboard dengan berbagai nada) namun lagu-lagu yang dinyanyikan masih lagu-lagu berbahasa pamona.

Perubahan alat musik pengiring madero ternyata tidak mendapatkan perhatian yang cukup intens budayawan ataupun pemerintah setempat sehingga masyarakat sebagai pelaku perlahan-lahan mulai merubah ornamen-ornamen madero. Kami berkesempatan untuk melihat dan mengikuti Dero secara langsung kali ini, namun alangkah terkejutnya kami karena pada acara Dero kali ini sebuah merek rokok yang menjadi sponsor acara mendatangkan langsung seorang Disk Jockey (Dj). Iringan lagu yang menghentak dibarengi dengan sorotan lampu yang berwarna-warni membuat suasana Dero saat ini tak ayalnya sebuah penampilan seorang DJ di klub-klub malam yang ada di kota besar. lagu- lagu yang dibawakan penyanyi-pun merupakan lagu campuran yang bukan hanya saja lagu berbahasa pamona namun lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu dari band-band tanah air yang diremix menemani Dero sepanjang malam.

Sungguh sangat disayangkan memang, karena pergeseran nilai budaya ini secara perlahan juga akan menghapus identitas masyarakat tersebut. Padahal padungku dan Dero ini merupakan kekayaan atau aset masyarakat Pamona khususnya yang ada di kota tentena. masyarakat dalam hal ini sebagai pelaku seharusnya dapat memilah dan memilih apa saja yang dapat diterapkan tanpa mengubah orgininilitasnya. Budayawan dan pemerintah yang berfungsi sebagai pengontrol juga seharusnya lebih peka dan cepat tanggap terhadap perubahan yang terlalu jauh sehingga suatu tradisi akan tetap terjaga kelestariannya beriringan dengan perubahan zaman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar