Berbicara mengenai Suku Pamona, akan terasa hambar jika tidak
mengenal bahasa yang digunakan oleh suku yang mendiami daerah itu
sendiri, yakni Bahasa Pamona. Struktur Bahasa Pamona cukup unik,
setidaknya jika ditinjau dari ragam asal suku kata, dimana suatu kata
asal tersebut dapat mempunyai banyak arti tatkala kata itu sendiri
ditambahkan awalan, akhiran, sisipan ataupun imbuhan.
Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah ditambah awalan,
akhiran atau imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: asal kata
(dasar) ja'a = jahat;maja'a = rusak, jahat; kaja'a = kejahatan ;
ja'andaya = kemarahan; kakaja'ati = sayang (untuk barang yang
rusak)ja'anya =kerugiannya, sayangnya; ja'asa = alangkah jahatnya;
ja'ati=di rusaki ja'a-ja'a=buruk; contoh lain : monco = benar;
kamonconya=sesungguhnya, sebenarnya; monco-monco=sungguh-sungguh;
moncoro = bersiaga; moncou= terayun;... dan banyak lagi.
Kemudian beberapa kata dasar yang jika digolongkan menjadi
kata-jadian (seperti diatas, sebagian kata jadian tetapi sebagian tidak
dapat digolongkan sebagai kata jadian) yang hanya bertokar tempat huruf,
lantas membentuk lain arti contoh : soe = ayun; soa = kosong; sue =
mencontoh, sia = sobek; sou/sau=turunkan (dari gendongan yang memakai
tali/kain) sua=masuk sai= kais (ayam)seo (sobek2 karena lapuk)
Bahasa Pamona yang unik tersebut beberapa frasa suku katanya seperti
hanya dipelintir, dan timbullah arti kata yang berbeda contoh : mekaju
(mencari kayu bakar) mokuja (sedang berbuat apa?) makuja (bertanya
mengenai gender bayi yang baru lahir). Contoh lain: koyo (usung) kuya
(jahe) kayu (usungan yang terbuat dari pelepah rumbia)koyu (simpul tali
berkali-kali pada suatu rentang tali). contoh lainnya : Lio (wajah) lou
(ayun badan kebawah) lau (ada dengan pengertian tempat dimaksud berada
di tempat yang lebih rendah) lua (muntah) loe (jinjing) liu (lewat) dan
sebagainya.
Sumber :Wikipedia bahasa Indonesia |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar