SELAMAT DATANG WA'A KASANGKOMPO (SAUDARA) di BLOG ANAK PAMONA . . . .PAKAROSO MOSINTUWU NAKA MOLANTO . . . . SINTUWU MAROSO . . . .

Sabtu, 08 Juni 2013

Kisah Para Pahlawan Tana Poso


Sejarah adalah milik para pemenang. Karena itupula catatan tentang pejuang dan pahlawan di suatu wilayah adalah catatan yang dibuat oleh pemenang. Pada akhirnya catatan sejarah tentang pejuang Tana Poso tidak dibicarakan, bahkan dipinggirkan hampir lenyap. Upaya untuk mendekonstruksi sejarah Poso menurut tutur masyarakat akar rumput menemukan kisah perjuangan luar biasa yang menggambarkan bagaimana Tana Poso dipertahankan, diperjuangkan.

Wilayah ini disebut Poso pada abad ke 12. Adalah kisah pejuang Tana Poso-lah yang menggambarkan bagaimana Tana Poso menjadi kekuatan yang memiliki makna mendalam bagi komunitas yang mendiaminya selama berabad-abad.

Islam adalah agama yang pertama masuk di wilayah ini, yakni di Wotu pada tahun 1583, sementara Misionaris Kristen (Kruyt) masuk ke wilayah pedalaman pada tahun 1892 (Pertemuan Islam dan Kristen yang harmonis dan indah dimulai saat Kruyt diterima dan diberikan petunjuk bahkan diantarkan oleh Baso Ali – sekarang keturunan keluarga Odjobolo, tokoh Islam, ke wilayah pedalaman untuk menyebarkan agama Kristen).

Namun kedatangan Kruyt tidak disambut oleh penguasa Wotu. Hal ini pertama-tama karena hubungan antara Wotu dan Poso adalah hubungan yang sederajat, tidak saling menguasai atau menundukkan. Wotu memiliki wilayah kedaulatan tersendiri, demikian pula Poso dan demikian pula Luwu. Hubungan antara ketiga wilayah ini saat itu saling mengakui dan menghargai wilayah kedaulatan masing-masing. Namun, bila Poso memiliki urusan yang berkaitan dengan Luwu, Poso akan mengurusnya melalui Wotu. Demikian pula bila Luwu memiliki urusan dengan Poso maka akan melalui Wotu. Kesepakatan untuk saling melindungi bahkan disimbolkan dengan penanaman bambu kuning di Korobono dan biji mangga di Tanumbeaga (sekarang di atas Desa Taripa). Bambu kuning dan biji mangga ini menjadi simbol satunya Luwu dan Poso (baca:Pamona).
Penolakan Luwu atas permintaan Kerajaan Belanda disambut dengan melakukan serangan besar-besaran ke Wotu. Macoa Wotu ditangkap dan dibawa ke Jakarta. Hingga saa tini tidak pernah ada kisah yang terdengar pasca penangkapan Macoa Wotu yang mempertahankan kesepakatan kedaulatan. Penangkapan Macoa Wotu menimbulkan perlawanan di berbagai wilayah di Tana Poso. Yang terkenal adalah perlawanan Tabatoki di Pebato, perlawanan Tompayau di Kandela dan perlawanan Umanasoli di Peore ( bersama dengan Raja Mori, Marunduh).

Kisah perlawanan Tampayau dikenal paling heroik.
Meskipun memiliki pasukan gerilya rakyat setempat dalam jumlah yang kecil, Tampayau menolak menyerahkan diri. Kolonial Belanda tidak pernah berhasil menangkap Tampayau. Tampayau dipercaya memiliki kekuatan khusus yang membuatnya tetap bertahan hidup. Untuk menundukkan Tampayau yang dianggap paling merugikan, kolonial Belanda memakai siasat. Kerajaan Belanda meminta pimpinan Tana Poso (setelah melalui kesepakatan) untuk memberitahukan kepada Tampayau bahwa akan diadakan perundingan perdamaian.Pertemuan perundingan perdamaian ini mensyaratkan Tampayau datang sendirian dengan tidak membawa perkakas perang. Karena diperintahkan oleh pimpinan Tana Poso saat itu dan mendengar bahwa akan ada perundingan damai, Tampayau menyepakati pertemuan tersebut. Tampayau menghadiri rencana perundingan perdamaian dengan hanya membawa serta satu orang tukang dayung perahu.

Siasat perundingan kolonial Belanda ini berhasil. Datang dengan damai, Tampayau ditangkap dan diseret untuk dibunuh. Setelah dilucuti seluruh badan, Tampayau diseret masuk ke wilayah Tandobone untuk dibunuh. Namun dikisahkan, prajurit kolonial Belanda yang menyeret Tampayau kelelahan dan tertidur saat sedang beristirahat di bawah sebuah pohon. Tampayau berusaha melepaskan ikatannya dan bergerak cepat melawan prajurit yang terbangun, membunuh belasan prajurit.Perlawanan Tampayau membuat kaget para prajurit, lalu Tampayau dihujani peluru.Bahkan setelah gugur karena terjangan peluru, tubuh Tampayau dipotong-potong kecil. Namun kisah Tampayau telah menunjukkan perlawanan besar untuk mempertahankan Tana Poso, menolak tunduk.Tugu di Tandobone, Pamona, menjadi tanda keberadaan Tampayau.

Kemerdekaan yang diraih Republik ini adalah karena perjuangan Tampayau dan Tampayau-Tampayau lain di berbagai wilayah di Tana Poso. Makna amanat perjuangan kemerdekaan inimenempatkan visi rakyat untuk: "menyelamatkan semuanya", Rakyatnya, tanahnya, pulaunya, lautnya (tentu didalamnya hutan, tambang, sungai, air) dari penguasaan dan penaklukan (siapapun, atas nama apapun), lihat stanza 2 dan 3 lagu Indonesia Raya yang tidak lagi dinyanyikan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar